Senin, 24 Februari 2014

Pemilu 2014, Pertarungan Kurawa Versus Pandawa

Jakarta.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE


Untuk memenangi perebutan tampuk kepemimpinan 2014 kuncinya ada di tangan rakyat, dan rakyat akan menanggung risiko pilihannya. Sosok pemimpin tegas dibutuhkan untuk menanggung banyak permasalahan yang ditinggalkan pemimpin-pemimpin sebelumnya.



Setelah pensiun dari militer hampir 14 tahun lamanya, Jenderal (Purn) Prabowo Subianto terus mencoba membangun kepercayaan masyarakat terhadap sosoknya. Kepercayaan publik terhadap Prabowo sempat runtuh, karena posisinya sebagai petinggi militer di era Orde Baru.
Upaya untuk membangun kembali kepercayaan publik itu dilakukan Prabowo lewat gerakan sosial dan panggung politik. Jalur politik dipilih Prabowo, karena dia menganggap dunia politik dan demokrasi di Indonesia ibarat “jauh panggang dari api”.
Keinginan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu untuk maju sebagai calon presiden (capres) berawal ketika menyadari bahwa Indonesia merupakan salah satu negara kaya di dunia, terutama dari sumber daya alam. Namun, bila melihat ke dalam, ujarnya, hampir seluruh petani Indonesia relatif miskin dan Indonesia malah menjadi negara pengimpor utama komoditas pangan.
Kondisi para petani itu setali tiga uang dengan nasib para nelayan, padahal garis pantai dan laut Indonesia terluas bila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Ekspor tangkapan hasil laut masih lebih rendah dibanding negara tetangga yang memiliki garis pantai jauh lebih pendek.
Prabowo juga menyadari, semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur, tidak akan efektif bila tidak turut menggeluti dunia politik.
Untuk itu, sejak 2004, mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus tersebut mulai aktif di berbagai kegiatan berpolitik. “Untuk memperbaiki kondisi bangsa harus ikut berpolitik. Hanya dengan berpolitik, melalui pemilihan suara, saya dapat menjalankan demokrasi dengan baik,” ujarnya.
Persimpangan Jalan
Menurut dia, kondisi Indonesia saat ini tengah berada di persimpangan jalan. Dia mengibaratkan Indonesia sedang dalam perang antara Pandawa dan Kurawa dalam cerita pewayangan. Jadi, pihak yang bisa memenangi perebutan, kuncinya ada di tangan masyarakat melalui perebutan tampuk kepemimpinan 2014.
“Sekarang, yang penting adalah kembali ke arah yang benar. Siapa pun yang ingin maju atau dimajukan, biarkan rakyat yang memilih. Toh nanti rakyat sendiri yang menanggung risiko terhadap pilihannya itu. Kini masyarakat menginginkan sosok pemimpin yang memiliki ketegasan dan mampu menjadi teladan bagi rakyat,” ujar ,” kata Prabowo.
Di sisi lain, Prabowo Subianto menyatakan pemilihan umum Pemilu 2014 pertarungan antara Kurawa dan Pandawa. “Seperti cerita kelompok mayoritas, perebutan kekuasaan di negara ini antara Kurawa dan Pandawa,” ujarnya.
Prabowo menegaskan jika pihaknya akan tetap bertarung melawan kelompok Kurawa yang hanya mengeksploitasi negara ini. “Pandawa, orang baik, ada dimana-mana, ada di Nasdem, ada juga di Gerindra,” tuturnya.
Namun, pertarung yang dimaksudnya adalah bukan pertumpahan darah melainkan lebih pada pertarungan gagasan untuk mencari solusi di dalam memimpin bangsa Indonesia yang lebih baik ke depan. Karena peperangan hanya menyengsarahkan rakyat itu sendiri.
Dikatakan, kelompok kurawa adalah orang-orang serakah, dan itu harus segera dibenahi. Indonesia seharusnya bisa menjadi lebih baik dari saat ini jika dipimpin oleh orang yang benar-benar ingin memperbaiki kehidupan rakyat melalui kehidupan berdemokrasi yang tepat.
Keberhasilan suatu bangsa dalam mengatur perekonomian, menurut dia, salah satunya adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Apalagi di tengah pertumbuhan penduduk di Tanah Air yang semakin meningkat.
“Dalam 20 tahun ke depan akan diperkirakan muncul 76 juta orang baru di Indonesia. Untuk itu, strategi ekonomi perlu melakukan dorongan besar untuk menghadapi tantangan ledakan penduduk,” jelasnya.
Dia menambahkan, Indonesia kehilangan sejumlah kekayaan nasional yang bisa dilihat dari data cadangan devisa negara. Dengan menggunakan sumber data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mantan Pangkostrad ini menjelaskan bahwa nilai ekspor bangsa Indonesia selalu lebih tinggi dari nilai impor.
Menurut perhitungannya, nilai ekspor Indonesia selalu lebih dari USD 25 miliar setiap tahunnya. Hal itu berarti bahwa cadangan devisa Negara seharusnya sebesar USD 375 miliar. Namun data Pemeritah menunjukkan nilai cadangan devisa Negara hingga November sebesar 111,3 miliar dolar.
“Dua pertiga kekayaan kita kemana? Ini terjadi fenomena ‘net out flow of National wealth’ atau mengalir keluarnya kekayaan nasional. Semua yang kita kerjakan, karet, kelapa sawit, kopi, itu hanya jalan di tempat saja,” jelasnya.
Prabowo juga memiliki harapan agar Indonesia dapat menciptakan mobil nasional. Karena menurutnya, saat ini Indonesia menjadi surga para produsen mobil. “Saya berharap kita punya mobil nasional produksi dalam negeri,” katanya.
Prabowo menuturkan, saat ini di Indonesia setiap tahunnya tak kurang dari 1 juta mobil baru dibeli oleh masyarakat. Yang patut disayangkan, kata Prabowo keuntungan dari penjualan mobil tersebut dibawa ke luar negeri bukan untuk kebutuhan dalam negeri.
“Katakanlah mobil harganya 10 ribu dolar AS. Kalau keuntungannya misalnya 2.000 dolar AS, 2.000 dolar AS itu akan dikirim keluar negeri,” ujarnya.
Prabowo pun membandingkan dengan Malaysia yang mampu menciptakan mobil nasional dengan merek Proton. Padahal menurut Prabowo, dari segi kepribadian, warna kulit, bahkan warna rambut pun sama. Tetapi Indonesia belum mampu menciptakan mobil nasional. “Kenapa kalau Malaysia bisa, kita tidak bisa? Mobil Malaysia sudah membanjiri Indonesia,” ucapnya.
Sosok Pemimpin Tegas
Smentara itu, Ketua Umum Nasional Corruption Watch (NCW), Syaiful Nazar mengatakan bahwa udara politik negeri ini vakum politik untuk bernegara, tapi penuh sesak dan pengap akan politik untuk berkuasa. Panggung politik di lapis elite adalah politik berkuasa tapi kita absen dari politik bernegara.
Menurutnya, kesungsangan politik terjadi lantaran banyak pemimpin negeri ini di tingkat elit yang tidak mencontohkan kebaikan. Hal ini diperparah dengan lembaga penegak hukum yang tidak menunjukkan kewibawaannya.
Di sisi lain, kondisi masyarakat kini juga tidak lagi kondusif dengan banyaknya daerah rawan konflik di Indonesia. Aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat pun tidak hanya digunakan untuk aspirasi tetapi juga alat anarki. “Masyarakat pun sudah kehilangan arahnya. Di sisi lain, bagaimana wibawa hukum, penegak hukum malah tidak berwibawa,” ujarnya.
Menurut Syaiful, bagi sebagian besar masyarakat, ketegasan sosok pemimpin, seperti Prabowo, memang sangat dibutuhkan. Namun, dia mengingatkan, siapa pun capres mendatang akan menanggung beban yang cukup berat karena banyaknya permasalahan yang ditinggalkan pemimpin-pemimpin sebelumnya.
Ke depan, ujarnya, Indonesia harus memiliki karakter pemimpin yang lebih dari sekadar berkemampuan, tapi juga harus bisa menjawab berbagai tantangan yang menjadi keinginan masyarakat. “Pemimpin Indonesia harus lebih dari sekadar mampu sebagai seorang pemimpin,” katanya.
Syaiful menambahkan, sosok Prabowo sebagai mantan petinggi militer yang terkesan tegas menjadi salah satu faktor yang menguntungkannya pada Pilpres 2014. “Namun, kelebihan itu bisa menjadi bumerang, jika tidak dikelola dengan baik,” ujarnya. 
Abdul Kadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar