Minggu, 13 Oktober 2013

Ketika Presiden SBY Marah Dituding Kenal Bunda Putri oleh Luthfi Hasan

Jakarta.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE



Waktu menunjukan pukul 20.30 WIB, Kamis (10/10). Suasana di ruang VVIP Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma ramai oleh wartawan dan sejumlah pegawai di lingkungan Istana Kepresidenan.

Malam itu memang jadwal ketibaan Presiden SBY selepas mengikuti acara East Asia Summit di Brunei Darussalam. Presiden SBY tiba sekitar pukul 20.10 WIB.

Seperti biasa, setibanya dari kunjungan kerja ke luar kota atau keluar negeri, Presiden SBY mengumpulkan menteri-menterinya di ruang rapat VVIP untuk mendapat laporan tentang isu-isu aktual.

30 menit berlalu, para wartawan mulai bertanya-tanya mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan Presiden SBY malam ini. Informasi yang dihimpun, Presiden SBY akan menjelaskan soal hasil pertemuannya dengan para kepala negara di asia di Brunei Darussalam. Isu ini dinilai kurang menarik bagi sebagian wartawan.

Tepat pukul 21.00 WIB, Presiden SBY keluar dari ruang rapat VVIP dan bersiap di depan podium yang sudah disediakan. Presiden didampingi oleh Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menperin MS. Hidayat, dan Seskab Dipo Alam. Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha bersama sejumlah staf presiden juga hadir mendampingi Presiden.

Berbalut setelan jas hitam dan dengan berbekal iPad, Presiden SBY mulai membuka pidatonya.

"Saya akan menyampaikan penjelasan berkaitan dengan tugas saya beserta delegasi ke Brunai untuk menghadiri pertemuan puncak Asean dan pertemuan-pertemuan puncak terkait, termasuk pertemuan puncak East Asia Summit," ujar Presiden SBY dengan nada sedang dan tenang.


Masih dengan nada yang sama, Presiden SBY menyampaikan poin berikutnya mengenai apa yang akan disampaikannya.

"Kedua, atas permintaan dari banyak pihak terutama para wartawan yang dilaporkan kepada saya beberapa saat lalu, saya ingin sampaikan penjelasan langsung atas isu yang beredar di masyarakat luas agar rakyat Indonesia mengetahui duduk persoalan dan kebenaran yang hakiki," imbuhnya.

Nada bicara Presiden SBY sedikit meninggi pada kalimat berikutnya. "Tidak boleh bermain dengan kebenaran, fitnah bisa hancurkan negeri ini, belum tentu 3 tahun saya bicara seperti ini, saya pandang perlu kita belajar menegakkan kebenaran demi keadilan dan bertindak secara ksatria," tuturnya.

Presiden kemudian menjelaskan hasil pertemuannya dengan para kepala negara di Brunai Darussalam. Pertemuan tersebut adalah pertemuan berkala setiap tahun. Tujuannya untuk menyerasikan langkah bersama negara-negara di Asean agar menjadi komunitas yang membawa manfaat dan melakukan kerjasama di bidang ekonomi, politik, keamanan dan sosial budaya.

Setelah selesai menjelaskan hasil pertemuan di Brunei, Presiden SBY masuk pada poin kedua yang akan disampaikannya. Disinilah ketenggangan mulai meningkat.

Nada bicara SBY semakin tinggi. Ada beberapa jeda dalam pernyataannya. Bahkan ada beberapa kalimat yang diucapkan sedikit bergetar. Kemarahan tampak dari wajahnya. Gaya bahasanya semakin tegas dan lugas. Semua yang hadir di ruangan tersebut tak terlepas menteri dan staf khusus presiden tampak tegang mendengarkan pernyataan SBY.

"Singkatnya ada yang mengkaitkan seseorang dengan disebut-sebut dalam persidangan. Segera saya kumpulkan dalam waktu setengah jam, ada apa sih? Siapa orang itu? Apa kaitannya? Seseorang yang sedang diadili itu seperti apa? Supaya jelas. Oleh karena itu, saya sampaikan sekarang Ini. Model saya kalau harus saya sampaikan saya sampaikan. Kalau tidak, yah tidak," tegas SBY.

SBY menjelaskan panjang lebar mengenai tudingan Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan yang menyebut Bunda Putri adalah orang dekatnya. SBY tegas membantah kenal dengan Bunda Putri. SBY bahkan tertantang untuk mengungkap lebih jauh mengenai sosok Bunda Putri. SBY juga akan mencari tahu apa motif Luthfi menyatakan hal itu.

Hampir 20 menit Presiden SBY mengungkapkan kemarahan dan kekecewaannya atas tudingan tersebut."Saya masih ada komentar, tapi habis waktu saya untuk menanggapi," lanjutnya.

Presiden SBY menutup pidatonya dengan doa. "Semoga Allah mengampuni, semoga kebenaran dan keadilan tegak," tutupnya.

(Abdul Kadir)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar