Senin, 21 Oktober 2013

Eksekusi Lahan di Makassar, Warga Bentrok dengan Polisi

Sulawesi.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE



Eksekusi lahan di Jalan dr. Sam Ratulangi, Makassar, Sulawesi Selatan, berakhir bentrok, Senin (21/10/2013). Ratusan warga yang terdiri dari 23 kepala keluarga melawan eksekusi Pengadilan Negeri Makassar, yang diback up personil Shabara Polrestabes Makassar dan Brimob Polda Sulselbar.
Bentrok berawal saat tim eksekutor dari PN Makassar bersama polisi mendatangi lokasi lahan sengketa, di Jalan Sam Ratulangi No 82 Lorong 5, Kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso.
Saat itu, warga memblokade lokasi tersebut dengan kawat berduri.
Blokade kawat berduri itu kemudian dipasangi sejumlah atribut berupa spanduk  bertuliskan penolakan eksekusi.
Rupanya, penolakan itu tidak digubris eksekutor. Bentrok warga dengan polisi pun tak terhindarkan. Warga melempari polisi dengan batu, anak panah, serta bom molotov. Sebaliknya, polisi membalas ke arah warga dengan menembakkan gas airmata.
Dalam bentrok tersebut, seorang polisi sempat terluka di bagian kepala karena terkena lemparan batu. Personel polisi juga sempat kocar-kacir, sebab nyaris terbakar setelah terkena lemparan bom molotov. Sebaliknya, polisi berhasil menangkap salah seorang warga yang menolak proses eksekusi tersebut.
Sengketa lahan seluas 4 ribu meter persegi tersebut sudah berlangsung puluhan tahun. Sengketa melibatkan warga yang tinggal di atas lahan dengan Hj. Hamidah. Hal itu kemudian dikuatkan dengan putusan PN Makassar yang memutuskan Hj. Hamidah sebagai pemilik lahan tersebut.
Sementara Didi, salah seorang warga, mengaku akan tetap berupaya dengan segala cara untuk mempertahankan lokasi tersebut. “Eksekusi itu tidak memiliki dasar hukum jelas, sebab diduga terjadi persekongkolan antara pihak pengadilan dengan Hj. Hamidah dalam putusan pengadilan,” kata Didi kepada wartawan.
Sementara itu, tiga jam kemudian, bentrok warga dengan polisi akhirnya berakhir. Pertahanan warga berhasil dijebol, sehingga sebuah ekskavator berhasil mengeksekusi lahan tersebut dengan mulus. Warga yang sebelumnya bertahan, mundur dan hanya bisa menyaksikan proses eksekusi.
Untuk mengantisipasi bentrok susulan, puluhan personil polisi bersenjata lengkap mengawal proses eksekusi tersebut. 

(Heroe Soelistyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar