Padang.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE
Penantian panjang Wismar, ayah Aidil Akbar Walsya (19), anggota MapalaUnand yang hanyut di Patamuan Batu Busuk, Sabtu (28/9) usai sudah. Putranya itu ditemukan di Banda Bakali belakang Bank Nagari cabang Siteba, Senin (7/10) sekitar pukul 12.00 WIB, oleh seorang warga yang melintas di tempat itu. Aidil ditemukan tertelungkup tertimbun pasir bandar tersebut, dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Sugiono (56), warga yang menemukan jenazah Aidil bercerita, siang itu ia sedang berjalan menyusuri banda bakali untuk mencari ikan. Ketika sedang mencari tempat yang tepat untuk memasang jala, ia melihat sesosok mayat manusia tengah tertelungkup di pasir.
Melihat hal itu, seketika ia melihat kiri kanan, kalau-kalau ada orang di sekitarnya yang bisa ia adukan mengenai temuannya itu. Namun ketika itu hanya ia sendiri di sana. Ia berinisiatif melaporkan apa yang ia lihat itu ke Satpam Bank Nagari Cabang Siteba.
“Ketika pertama kali melihat sosok itu, saya yakin itu jenazah orang, karena panjang badan dan bau yang dikeluarkan sosok itu,” kata Sugiono kepada wartawan di lokasi penemuan jenazah. Ia bukanlah warga sekitar tempat itu, melainkan warga Tarantang, Lubuk Kilangan yang biasa menjala ikan di banda bakali.
Jef Hendri, Satpam Bank Nagari Cabang Siteba yang menerima laporan Sugiono mengatakan, ketika mendapat laporan tersebut, ia serta merta memberitahukan hal tersebut kepada seorang polisi yang berjaga di sana. Mereka bertiga segera mengecek ke lokasi untuk memastikan apakah itu benar jenazah manusia. Ternyata memang benar. Polisi itupun langsung menelepon Polsek Nanggalo, kantornya.
Tak berselang lama, ratusan warga sekitar menyerbu banda bakali untuk melihat peristiwa temuan mayat tersebut. Tim SAR pun kemudian datang dan menggali jenazah Aidil, lalu membawanya ke ambulans, untuk diantarkan ke RSUP M. Djamil Padang.
Juanda Sodo, Kasi Operasional Basarnas Padang mengatakan, setelah jenazah diperiksa oleh tim forensik di ruangan Forensik Fakultas Kedokteran Unand dan dilihat oleh beberapa anggota Mapala Unand, Wakil Rektor III, dan pihak keluarga Aidil, memang benar bahwa jenazah itu adalah Aidil Akbar Walsya yang selama 10 hari belakangan dicari oleh Tim SAR gabungan. Wismar, ayah Aidil, lemas ketika mengetahui bahwa jenazah tersebut benar anaknya. Kenyataan itu memperdalam kesedihannya.
Upacara Pelepasan
Aidil Akbar Walsya adalah korban keenam tragedi Patamuan yang ditemukan meninggal.Untuk memberikan penghormatan terakhir kepada mereka, civitas akademi Unand menggelar upacara pelepasan kepada 6 korban tersebut. Upacara pelepasan dimulai pukul 15.20 WIB di Gedung Auditorium Unand. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh Rektor Unand, Werry Darta Taifur dan dihadiri oleh seluruh Dekan Unand, anggota Mapala Unand, keluarga Aidil dan diikuti sekitar 300 orang mahasiswa Unand.
Upacara yang dikomandoi Ketua Mapala Unand, Yuli Yandra Mursal tersebut, diawali dengan pembacaan kronologis dan curiculum vitae 6 korban Tragedi Patamuan oleh anggota Mapala Unand.
Dalam upacara tersebut, Werry Darta Taifur mengatakan, apa yang menimpa anggota Mapala Unand tersebut adalah musibah yang jika tiba masanya akan menimpa setiap orang. Ia meminta semua pihak untuk merelakan peristiwa tersebut karena merupakan kehendak yang kuasa yang di luar kuasa manusia.
Ia juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang selama sepekan belakangan membantu pencarian Aidil.
“Sehari sebelum Aidil ditemukan, pihak keluarga Aidil meminta saya mengirim surat kepada Kapolda untuk membantu pencarian Aidil. Surat itu pun saya tulis tadi pagi, namun belum saya kirim kepada Kapolda karena saya masih menunggu kabar dari Tim SAR. Pada jam 12.00 lewat, saya mendapat kabar dari Wakil Rektor III Unand bahwa Aidil sudah ditemukan. Saya lantas bersyukur. Penantian panjang kami selama ini akhirnya berakhir. Dengan ditemukannya semua 6 anggota Mapala Unand ini, saya berterimakasih kepada Provinsi Sumbar, terutama Gubernur Irwan Prayitno yang setiap saat menanyakan perkembangan pencarian Aidil. Selanjutnya, terimakasih kepada Basarnas Padang, BPBD Padang, Mapala Unand, masyarakat, relawan dan semua pihak yang membantu mencari Aidil,” ujar Werry.
Ia mengungkapkan kesalutannya kepada Mapala Unand yang sampai hari terakhir tetap semangat mencari Aidil, yang menandakan kuatnya persaudaraan antara sesama anggota Mapala Unand.
Pihak keluarga Aidil yang diwakilkan oleh paman Aidil mengatakan, ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang selama ini telah bersungguh-sungguh untuk menemukan Aidil.
“Saya atas nama keluarga maaf kepada teman-teman Aidil dan pihak kampus Unand, jika selama Aidil hidup, ada kesalahan yang ia buat, maka mohon dimaafkan,” katanya sambil sesenggukan. Tampak beberapa peserta upacara meneteskan air mata mendengar perkataan paman Aidil tersebut.
Dibawa ke Bukittinggi
Dari Padang, jenazah Aidil Akbar Walsya dibawa ke Bukittinggi, Di rumah duka disambut lebih dari seratus anggota keluarga, warga setempat serta kerabat korban. Jenazah korban tiba sekitar pukul 18.20 WIB dan langsung dibawa ke rumah duka di Jalan Soekarno Hatta Gang Swadaya Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Kota Bukittinggi.
Ibunda korban yang telah menunggu kedatangan anak pertama dari tiga bersaudara itu tampak tegar, meski dari raut wajahnya masih tersimpan duka yang mendalam. Begitu juga dengan keluarga dan kerabat lainnya juga tampak lebih tegar dalam menghadapi musibah tersebut.
Kedatangan jenazah di saat adzan Magrib berkumandang itu membuat jenazah tidak begitu lama berada di rumah duka. Atas kesepakatan keluarga, jenazah kemudian disalatkan di Masjid Syukra Mandiangin, yang lokasinya tak berada jauh dari rumah duka.
Setelah disalatkan, jenazah kemudian langsung dibawa ke peristirahatan terakhir di Pandam Pekuburan Budi Mulya di kawasan Surau Gadang Kecamatan MKS Bukittinggi. Di pemakaman itu, jenazah juga dilepas oleh puluhan mahasiswa Universitas Andalas (Unand) Padang.
Tak ada komentar dari pihak keluarga kepada wartawan, karena mereka larut dalam suasana duka yang mendalam.
Angga selaku teman dekat korban yang juga satu jurusan dengan korban mengatakan bahwa Aidil merupakan sosok yang rajin di kampus. Namun Aidil di mata Angga juga seorang anak yang pendiam dan serius.
“Aidil merupakan satu-satunya mahasiswa Akuntansi angkatan 2011 Unand yang bergabung dan menjadi anggota Mapala. Di Mapala, Aidil juga tergolong rajin, serta banyak berprestasi di kampus,” ujar Angga.
Menurut Angga, dua hari sebelum Aidil hanyut, Aidil duduk di depan dan tidur saat perkuliahan berlangsung. Padahal menurut Angga, Aidil jarang duduk di depan saat belajar di kampus, dan tidak pernah tidur disaat perkuliahan.
“Selain itu, Aidil juga tidak pernah bergurau. Namun dua minggu sebelum tragedi itu, Aidil sempat bergurau dan membalas sms saya, bahwa dia saat itu sedang berada di bawah pohon kayu. Sebelumnya beliau tidak pernah bercanda,” jelas Angga.
(Abdul Kadir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar