Rabu, 22 Januari 2014

Jawa Timur Jadi Target Teroris

Jawa Timur.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE


Jawa Timur (Jatim), tampaknya, menjadi target teroris sejak lama. Polisi mengidentifikasi teroris yang ditembak di Tulungagung pada 22 Juli 2013 satu kelompok dengan yang ditangkap di Surabaya Senin (201/1) malam lalu. Mereka sama-sama pernah menempuh pendidikan teror ala militer di Poso. Para pelaku mempersiapkan teror di Jatim sejak tahun lalu.

Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Awi Setiyono tak membantah hal tersebut. Sinyal tersebut dibuktikan dengan tertangkapnya dua terduga teroris di Surabaya dan membeber semua rencana teror yang sudah dipersiapkan. "Mau bilang tidak, sudah terjadi di depan mata," katanya.

Meski sudah menjadi sasaran, lanjut Awi, polisi berhasil mencegah pelaku teror itu bertindak jauh. Keduanya dapat dilumpuhkan sebelum beraksi dan menimbulkan kerusakan lebih besar. Saat ini polisi masih mendalami jaringan lainnya yang terkait dengan dua terduga tersebut.

Awi mengatakan, dua terduga teroris yang ditangkap di Surabaya masih satu kelompok dengan pelaku yang ditembak di Tulungagung pada 22 Juli 2013. Mereka ternyata sama-sama pernah menimba ilmu di Poso.

Karakter dua terduga teroris tak jauh beda. Sama-sama memiliki kemampuan merakit bom. Terduga yang tertangkap di Surabaya bahkan sudah merakit satu bom yang siap diledakkan. Rencananya diledakkan di kantor polisi, hotel, tempat hiburan malam, dan lokalisasi Dolly.

Sementara itu, terduga teroris yang tertangkap di Tulungagung tahun lalu terlibat perakitan bom kelompok Klaten, Solo, dan Sukoharjo (Jawa Tengah). Mereka juga terlibat dalam pengeboman Gereja Katolik Kristus Raja di Sukoharjo dan di Gereja Gawok di Solo.

Mantan Wadirlantas Polda Jatim itu tidak menampik kemungkinan bahwa sasaran mereka sama. Yakni, polisi yang dianggap musuh karena selama ini memerangi dan menangkap mereka serta mereka nilai melindungi tempat-tempat yang dianggap sarang maksiat. Misalnya, lokalisasi dan tempat dugem. "Kalau kenapa Surabaya atau Jatim, saya kurang tahu," ucapnya.

Polisi belum berhasil menemukan benang merah antara pengeboman mesin ATM di Karangploso, Malang, dan kelompok Tulungagung dan Surabaya. Secara fisik, bentuk bom yang dipakai berbeda. Jika bom di Surabaya menggunakan timer, bom di Malang memakai sumbu.

Ada temuan menarik saat Densus 88 menggeledah rumah Abdul Majid di Kedung Cowek, Surabaya. Petugas menemukan plastik yang berisi sumbu. Belum jelas apakah sumbu itu sama dengan yang dipakai untuk menyulut bom di mesin ATM di Malang. "Untuk sementara, kami belum menemukan ada tidaknya keterkaitan," jelas Awi

Saat ini dua terduga teroris yang tertangkap masih berada di Jatim. Mereka dikeler ke sejumlah tempat untuk mencari jaringan yang tercecer. Termasuk menunjukkan tempat yang diduga menjadi tempat menyembunyikan bom. Salah satunya di Probolinggo.

TERUS BURU

Polisi bergerak cepat setelah penangkapan dua terduga teroris di Surabaya, Isnaini Ramdhoni dan Abdul Majid. Kemarin tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror bergeser ke rumah kontrakan Isnaini di Jalan Panglima Sudirman Gang Sukun, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Jatim. Rumah itu diduga menjadi tempat penyembunyian barang-barang yang berhubungan dengan aktivitas teror.

Hasilnya, tim Densus menyita dua bungkusan besar. Bungkusan pertama berada di tas penjinak bom. Bungkusan kedua berupa buku-buku milik Isnaini yang dibawa dengan spanduk putih. Buku-buku tersebut bertema agama.

Densus datang ke lokasi sekitar pukul 14.00 bersama tim Gegana dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis). Begitu tiba di lokasi, tim langsung mendobrak pintu rumah. Setelah itu, petugas memeriksa rumah dengan alat pendeteksi bom.

Selama penggeledahan, Wakapolres Probolinggo Kota Kompol Mustofa memerintah  anak buahnya melarang siapa pun mendekat ke lokasi. Wartawan yang mencoba mendekat juga diminta mundur. ”Jangan mendekat, kalau nanti ada apa-apa dan meledak, kami yang disalahkan,” katanya.

Lokasi benar-benar steril. Kedatangan tim Densus menarik perhatian warga. Mereka berbondong-bondong datang ke lokasi untuk melihat aktivitas polisi di tempat tersebut. Karena khawatir ada bahan peledak, polisi mensterilkan jalur menuju kontrakan Dhoni.

Selama dua jam tim mengobok-obok rumah kontrakan tersebut. Sekitar pukul 16.00, seluruh anggota keluar dengan membawa dua bungkusan besar. Bungkusan itu kemudian diamankan di mobil Gegana nopol X 7620. Mobil tersebut mampir di rumah keluarga Isnaini di Jalan Pahlawan, Gang Kemiri, Kebonsari Kulon, Kanigaran, sebelum kemudian menuju Mapolres Probolinggo Kota. Setelah densus keluar, giliran tim Inafis masuk ke kontrakan Dhoni.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono menyatakan belum mengetahui isi tas yang diamankan tim Densus. ”Nanti mabes yang menjelaskan. Barang bukti dibawa ke sana,” terang Awi.

Dari Jakarta, Karopenmas Divhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, Isnaini sudah dipantau cukup lama. Tidak hanya Isnaini, seluruh alumni pelatihan di Poso, Sulteng, mendapatkan perhatian khusus dari aparat.

”Pantauan sudah kami lakukan berbulan-bulan, bukan baru-baru ini,’’ terang Boy di Mabes Polri kemarin.

Penangkapan terhadap para alumni Poso tidak hanya dilakukan di Surabaya. Polisi mendapati mereka menyebar ke beberapa daerah, seperti Makassar (Sulsel) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Meski telah lama memantau, polisi tidak langsung bergerak karena mereka tidak melakukan aktivitas yang mencurigakan.

Setelah yakin bahwa alumnus Poso tersebut sedang merencanakan aksi, barulah polisi turun. Sebab, jika sudah dalam tahap rencana, pasti sudah ada barang bukti yang cukup untuk membawa mereka ke pengadilan. ’’Apa yang kami sampaikan kepada masyarakat itu didapat dari pengakuan yang bersangkutan. Tidak bisa kami mengarang-ngarang,’’ lanjut mantan Kanit Negosiasi Densus 88 itu.

Polisi menggunakan pasal 14 UU Terorisme untuk menjerat para terduga teroris. Pasal tersebut mengatur sanksi bagi pihak-pihak yang merencanakan aksi teror atau menggerakkan orang untuk melakukan aksi teror. Meski aksi teror belum dilakukan, perencanaan tersebut sudah masuk kategori pidana.

Boy menyatakan pihaknya belum mendapat banyak keterangan seputar hasil pemeriksaan lanjutan terhadap Isnaini dan Majid. Asumsi sejumlah pihak bahwa keduanya terkait dengan peledakan ATM Mandiri di Karangploso, Malang, beberapa waktu lalu, dinilai Boy masih terlalu dini. ’’Bom ATM masih kami selidiki. Belum ada kesimpulan,’’ katanya.

Abdul Kadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar