Senin, 11 November 2013

LEGENDA MALIN KUNDANG

Sumatera.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE


Legenda Malin Kundang : 
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai 
wilayah Sumatra. 
Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi 
nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, 
sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang 
dengan mengarungi lautan yang luas.

Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. 

Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 
1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali 
ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus
menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah. Malin termasuk 
anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. 

Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. 
Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, 
ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu.
 Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya 
dan tidak bisa hilang.

Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa 
kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari 
nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari 
nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya 
ketika kembali ke kampung halaman, 
ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. 
Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal 
dagang yang dulunya miskin sekarang sudah 
menjadi seorang yang kaya raya.

Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. 
Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang,
tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang 
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. 
Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, 
Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. 
"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, 
jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", 
ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.

Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin 
jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. 
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar 
tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah 
berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang 
dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. 
Semua barang dagangan para pedagang yang 
berada di kapal dirampas oleh bajak laut. 
Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang 
berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. 

Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh 
para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, 
Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil 
yang tertutup oleh kayu. Malin Kundang terkatung-katung 
ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya 
terdampar di sebuah pantai. 

Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan 
menuju ke desa yang terdekat dari pantai. 
Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang 
ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah
 sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. 
Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. 
Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin 
lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. 
Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang 
jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, 
Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.

Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya 
raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. 
Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira 
anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang 
setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya
 yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya 
melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan 
indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. 

Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, 
melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. 
Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. 
Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang 
beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. 
Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan 
orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati 
adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa 
kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", 
katanya sambil memeluk Malin Kundang. 
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan 
pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
"Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", 
kata Malin Kundang pada ibunya. 
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena 
malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan 
baju compang-camping. 

"Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. 
"Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura 
mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", 
sahut Malin kepada istrinya. 

Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena 
oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak 
menduga anaknya menjadi anak durhaka. 

Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan
tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau 
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". 
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh 
kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan 
kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang 
perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya 
berbentuk menjadi sebuah batu karang.

(Heroe Soelistyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar