Saiful Mujani Research and Conculting (SMRC) menyebut Jawa Timur sebagai battle ground wilayah perebutan suara utama antara pasangan Jokowi-JK dengan Prabowo-Hatta. Bagi SMRC, pemenang di Jawa Timur adalah pemenang Pilpres.
"Ini mengindikasikan nasional kalau dilihat. Hasilnya memang demikian bagi yang memenangkan. Di Jawa Timur hampir sama dengan suara nasional," ujar Direktur Riset SMRC Djayadi Hanan di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Djayadi menjelaskan Jawa Timur merupakan daerah massa warga Nahdliyin. Dia mengatakan di Pilpres tahun ini terjadi perpecahan suara untuk Jokowi-JK serta Prabowo-Hatta.
Menurut dia, ada kecerdikan di kubu Prabowo-Hatta yang melihat perpecahan suara warga NU sebagai peluang untuk merebut daerah Jawa Timur. Prabowo-Hatta dinilai cukup berhasil merebut suara NU di Jawa Timur.
"Mereka tahu kalau daerah Sumatera kan ke Prabowo-Hatta, wilayah timur agak ke mereka juga. Daerah Barat juga ke mereka. Cuma Jawa Tengah yang nggak bisa diutak atik. Tapi, kalau Jawa Timur masih bisa diutak atik. Ini daerah tapal kuda alias daerah islam. Jokowi-JK dapat sekitar 52 persen, Prabowo-Hatta 47 persen," sebut dosen Universitas Paramadina tersebut.
Lanjutnya, dia menegaskan kalau hasil perhitungan cepat (quick qount) SMRC terkait Pilpres secara nasional bisa dipercaya. Selain margin error hanya 0,68 persen, SMRC menggunakan responden di 4.000 TPS di 33 provinsi. Adapun jumlah suara pemilh di 4.000 TPS dengan mencapai sekitar 1,6 juta.
Dia menambahkan untuk teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam quick qount ini adalah multi stage random sampling. Hasil quick count dari SMRC terkait untuk Pilpres sendiri adalah
47,03 persen Prabowo-Hatta dan 52,97 persen untuk Jokowi-JK.
Djayadi menepis kalau hasil survei quick count di Pilpres kemarin adalah pesanan salah satu pasangan capres dan cawapres. Dia pun menegaskan kalau untuk Pilpres ini, SMRC didanai juga oleh tujuh stasiun televisi swasta.
"Kami berdasarkan perhitungan yang benar. Hasil suara rakyat untuk quick count itu tidak bisa dipesan. Bisa Anda lihat kalau di Pileg kemarin kita hanya beda 0,1 persen dengan hasil real count KPU. Itu hampir tidak ada perbedaan. Kami juga yakin hampir sama dengan real count KPU, 22 Juli nanti," ujarnya.
"Ini mengindikasikan nasional kalau dilihat. Hasilnya memang demikian bagi yang memenangkan. Di Jawa Timur hampir sama dengan suara nasional," ujar Direktur Riset SMRC Djayadi Hanan di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Djayadi menjelaskan Jawa Timur merupakan daerah massa warga Nahdliyin. Dia mengatakan di Pilpres tahun ini terjadi perpecahan suara untuk Jokowi-JK serta Prabowo-Hatta.
Menurut dia, ada kecerdikan di kubu Prabowo-Hatta yang melihat perpecahan suara warga NU sebagai peluang untuk merebut daerah Jawa Timur. Prabowo-Hatta dinilai cukup berhasil merebut suara NU di Jawa Timur.
"Mereka tahu kalau daerah Sumatera kan ke Prabowo-Hatta, wilayah timur agak ke mereka juga. Daerah Barat juga ke mereka. Cuma Jawa Tengah yang nggak bisa diutak atik. Tapi, kalau Jawa Timur masih bisa diutak atik. Ini daerah tapal kuda alias daerah islam. Jokowi-JK dapat sekitar 52 persen, Prabowo-Hatta 47 persen," sebut dosen Universitas Paramadina tersebut.
Lanjutnya, dia menegaskan kalau hasil perhitungan cepat (quick qount) SMRC terkait Pilpres secara nasional bisa dipercaya. Selain margin error hanya 0,68 persen, SMRC menggunakan responden di 4.000 TPS di 33 provinsi. Adapun jumlah suara pemilh di 4.000 TPS dengan mencapai sekitar 1,6 juta.
Dia menambahkan untuk teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam quick qount ini adalah multi stage random sampling. Hasil quick count dari SMRC terkait untuk Pilpres sendiri adalah
47,03 persen Prabowo-Hatta dan 52,97 persen untuk Jokowi-JK.
Djayadi menepis kalau hasil survei quick count di Pilpres kemarin adalah pesanan salah satu pasangan capres dan cawapres. Dia pun menegaskan kalau untuk Pilpres ini, SMRC didanai juga oleh tujuh stasiun televisi swasta.
"Kami berdasarkan perhitungan yang benar. Hasil suara rakyat untuk quick count itu tidak bisa dipesan. Bisa Anda lihat kalau di Pileg kemarin kita hanya beda 0,1 persen dengan hasil real count KPU. Itu hampir tidak ada perbedaan. Kami juga yakin hampir sama dengan real count KPU, 22 Juli nanti," ujarnya.
Abdul Kadir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar