Semarang.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE
Amblesnya jembatan Comal di Pemalang dikeluhkan pengusaha angkutan bus dan para sopir di Banyumas, Jawa Tengah Senin (21/7/2014), karena selain memakan waktu tempuh yang cukup lama, biaya oprasional pun menjadi membengkak.
Salah satu pengelola bus (AKAP) Purwokerto - Jakarta, Edon mengaku, dengan dialihkannya kendaraan dari pantura melintasi jalur tengah membuat jalur Purwokerto - Jakarta macet parah. Biasanya pada waktu normal, perjalanan dari Purwokerto-Jakarta bisa ditempuh dalam waktu 7-8 jam. Namun sejak tiga hari terakhir perjalan busnya manjadi 14 jam.
Selain itu, biaya solar dari Purwokerto - Jakarta yang biasanya dia keluarkan hanya Rp 600-700 ribu, tapi dengan amblasnya jembatan Comal ini, biaya bahan bakar membengkak menjadi sekitar Rp 1 juta setiap kali jalan.
"Semuanya membengkak, mulai dari waktu dan biaya oprasional padahal jarak dan rute yang ditempuh sama saat nomal. Tapi sekarang kendaraan sudah tersendat sejak bus akan berangkat dari Ajibarang, Karena pos pemberangkatan penumpang ada di Ajibarang," jelas Edon yang busnya mengalami kemacetan parah mulai Ajibarang, Paguyangan hingga Prupuk Tegal.
Sementara menurut Moda, salah satu sopir truk tronton yang hendak menuju Semarang mengatakan, amblesnya jembatan Comal memaksa dirinya harus memutar lewat jalur selatan dan memakan waktu lebih lama.
"Biasanya dari Jakarta 24 jam, tapi sekarang kami terpaksa memutar dan menambah waktu lagi sampai 8 jam untuk bisa sampai tujuan," katanya.
Berbeda dengan yang dialami Slamet Guritno, Salah seorang sopir bus AKAP jurusan Purwokerto-Yogyakarta, dirinya mengaku kendaraan yang melintas di jalur selatan semakin padat hingga menimbulkan kemacetan parah. Selain itu waktu tempuh dari Purwokerto - Yogyakarta bisa mencapai 11 jam, padahal normalnya hanya ditempuh 5-6 jam.
"Saya berangkat dari terminal Purwokerto pukul 08.00 WIB, tapi sampai di Yogyakarta pukul 19.00 WIB, jadi waktu tempuh Purwokerto - Yogyakarto mencapai 11 jam," jelasnya.
Menurut dia, dalam kondisi normal, sesampainya di Yogyakarta pada pukul 13.00 WIB dirinya bisa kembali lagi mengantarkan penumpang tujuan Purwokerto. Namun, karena terjebak macet dan padatnya jalan, bus yang seharusnya kembali ke Purwokerto tidak dapat dilanjutkan.
"Karena datangnya sudah terlambat, kita tidak bisa pulang kembali ke Purwokerto untuk mengantar penumpang dari Yogyakarta. Akibatnya penumpang yang akan diberangkatkan pukul 14.00 WIB dibatalkan," ujarnya.
Antrean kendaraan berat seperti kontainer, bus terjadi disepanjang jalur Purwokerto - Kebumen - Yogyakarta dan sebaliknya. Kemacetan makin diperparah dengan banyaknya pintu perlintasan kereta api yang buka tutup hampir 30 menit sekali.
Selain dijalur utama Purwokerto-Yogyakarta, ambrolnya jembatan Comal juga menyebabkan arus kendaraan meningkat hingga menimbukan kemacetan di Jalan Lintas Selatan Selatan (JLSS) atau jalur Deandeles. Jalur Deandeles merupakan satu-satunya jalur alternatif penghubung antara Cilacap - Banyumas - Kebumen hingga Yogyakarta.
Sedangkan volume kendaraan yang biasanya melintas diwilayah Banyumas hanya berkisar 1.500-1.800 kendaraan per jam, tapi saat ini dengan dialihkannya kendaraan dari jalur pantura mengalami kenaikan cukup segnifikan menjadi 2.000 - 2.500 kendaraan per jamnya.
Dengan demikian dapat mengakibatkan jalanan yang sebelumnya berlumbang akan bertambah tingkat kerusahannya. Sedangkan jika jembatan Comal di jalur pantura masih terputus, diperkirakan saat mudik lebaran nanti kemacetan di jalur selatan akan makin parah.
Abdul Kadir
Sumber : http://news.detik.com/read/2014/07/21/202856/2643950/10/jembatan-comal-ambles-pengusaha-bus-keluhkan-biaya-operasional-membengkak?9911012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar