Analis Politik Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargens menilai kecurangan yang terjadi pada Pemilihan Umum (Pemilu) presiden dan wakil presiden periode 2014-2019, lebih brutal dibandingkan Pilpres tahun sebelumnya.
"Paling brutal, karena pengawasannya yang paling kuat," kata Boni saat diskusi kecurangan Pilpres 2014 di Galeri Cafe, Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2014).
Menurut Boni, persamaan kecurangan tersebut sama-sama dilakukan secara sistematis tetapi pergerakannya senyap. Sebab, permainannya waktu dulu pada data-data yang sudah diakumulasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Tapi kali ini permainannya itu dimulai dari tingkat bawah. Memunculkan pemilih siluman dan metode ini pernah ditemukan di tahun 2006 di Pilkada Depok, Jawa Barat, untuk mencoblos secara tertentu," tutur Boni.
Walau kecurangan makin brutal, kata Boni, KPU yang menjalankan sistem transparansi dalam perhitungan suara pada Pilpres kali ini, jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Abdul Kadir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar