Pengamat Politik Yudi Latief menilai pemilihan presiden 2014 merupakan pemilu paling sengit. Apalagi kekuatan dua pasangan tersebut relatif seimbang.
"Kita memilih pasangan yang mudaratnya paling kecil. Karena di masing-masing kubu tidak sehat semua, ada masalah juga. Tapi bagaimanapun di ujung prosesi ini harus ada pemenangnya," kata Yudi di Galeri Cemara, Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Yudi juga mengatakan Indonesia telah mencatat prestasi besar. Pasalnya pemilihan presiden 2014 sangat damai semenjak era reformasi.
"Damai di tingkat masyarakat, artinya masyarakat siap. Tidak ada pembakaran, tidak ada kerusuhan. Dibalik sengitnya dua kubu justru ini berjalan damai," ujarnya.
Kemudian, antusiasme masyarakat terhadap pemilihan presiden juga sangat tinggi. "Berikutnnya tingkat kesukarelaan. Ini yang bekerja relawan-relawan, bahkan bisa mengalahkan mesin politik," imbuh Yudi.
Sementara Rohaniawan Romo Benny Soesetyo menitikberatkan perhatian kepada lembaga survei. Lembaga survei di pemilihan presiden menghasilkan perolehan suara yang berbeda. Dimana ada yang mengunggulkan Prabowo-Hatta, sementara lainnya Jokowi-JK.
Romo Benny pun meminta KPU untuk mengaudit seluruh lembaga survei yang melakukan hitung cepat di pemilihan presiden 2014.
"Harusnya KPU bersikap mengaudit semua lembaga riset dan polling agar masyarakat tidak bingung," ungkapnya.
Abdul Kadir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar