Kamis, 10 Juli 2014

Presiden terpilih tidak bisa berbuat apa apa…

Jakarta.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE


Memang sungguh dahsyat Pilpres 2014 ini. Selama sebulan ini, kita saksikan berbagai hal yang hanya terjadi kali ini. Pacar yang memutuskan pasangannya. Orangtua dan anak jadi cekcok. Sesama teman kantor bisa diem-dieman. Bahkan di FB, orang saling caci-maki, saling unfriend dan unfollow. Semua terjadi lantaran pilihan yang berbeda. Hal ini terjadi karena cinta yang begitu besar pada kandidat pilihan. Tapi, akankah pengkubuan dan sitegang ini berlanjut setelah hari pencoblosan tanggal 9 Juli? Siapkah kalah? Siapkah menang? Apakah kita sesiap pendukung tim di Piala Dunia yang begitu penuh kegembiraan di Brazil sana? 
Dalam ajang Piala Dunia yang saat ini berlangsung, akan ada bunyi peluit panjang di pertandingan final yang menentukan siapa pemenangnya. Begitu pun setelah hari pencoblosan tanggal 9 Juli, kita akan tahu siapa yang akan menjadi pemimpin Indonesia untuk masa 5 tahun mendatang.
Berani bertanding, berarti siap menang dan siap kalah!
Dalam Piala Dunia akan ada juara dan akan ada yang kalah, tapi semua pihak akan tetap bergembira bersama merayakan indahnya sepak bola. Dalam Pilpres ini juga akan ada yang menang dan kalah, tapi kita akan merayakannya sebagai pesta demokrasi dimana prinsip hak ‘One man one vote’ dilaksanakan, Meski pertandingan selesai, sepak bola akan terus bergulir. Demikian pula, perjalanan kita sebagai bangsa justru baru dimulai saat Pilpres usai.
Pemilu Presiden, sejatinya adalah kontestasi demokrasi dimana sikap utama yang harus dipegang adalah; berani menang, berani juga kalah. Jika sikap ini dipegang oleh semua pihak (kandidat, timses dan pendukung/relawan), maka proses berdemokrasi akan terus bergulir. Kita bisa memiliki harapan bahwa di negeri ini hidup dan tumbuh sebuah demokrasi yang sehat dan cerdas.
Selama masa kampanye kita boleh saja mendukung kandidat pilihan secara maksimal dan habis-habisan. Tapi saat sudah terpilih pemenang Pilpres, maka sebagai rakyat kita harus mengalihkan energi dukungan ke sesuatu yang lebih besar; Indonesia. Kita boleh cinta pada kandidat pilihan, tapi Indonesia juga membutuhkan cinta kita lebih besar lagi. 
Indonesia tercatat sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Amerika. Kenyataan ini bukan semata karena fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia (setelah India, Cina dan Amerika), tapi juga karena Indonesia telah menerapkan demokrasi dan beberapa Pemilu damai yang bahkan dijadikan contoh oleh beberapa negara di dunia. 
Presiden terpilih tidak bisa berbuat apa apa tanpa dukungan rakyat.
Setelah Pilpres ini, presiden dan wakil presiden manapun yang terpilih tentu  tidak akan bisa berbuat banyak jika tidak ada rakyat yang mendukungnya. Rakyat dan presiden-wakil presiden terpilih harus secara bersama-sama akan melaksanakan dan menjaga jalannya roda pemerintahan. Banyak agenda dan masalah bangsa yang masih harus dibenahi bersama. Karena siapapun rakyat Indonesia, tentulah akan menyatakan perang pada kemiskinan, korupsi, pembodohan, perusakan hutan dan masalah-masalah lain bangsa ini. 
Pilpres segera usai. Tapi pertandingan dalam membuat Indonesia lebih baik, justru baru dimulai. Kita akan bersama-sama berjuang sebagai; Suporter Indonesia.
Sekali lagi, Presiden dan wakil Presiden terpilih tidak bisa berbuat apa apa jika tidak di dukung rakyatnya. Dengan berbesar hati dan lapang dada, mari kita dukung siapapun presiden pilihan rakyat. Itulah demokrasi yang Sehat dan Cerdas. 
Jika Anda setuju gagasan ini, silakan disebarluaskan
Abdul Kadir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar