Jakarta.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE
Presiden RI Joko Widodo tidak menolak gagasan diputarnya kembali film "Pengkhianatan G30S/PKI". Hanya saja, Presiden Jokowi meminta agar film itu diproduksi dalam versi yang lebih kekinian agar bisa lebih diterima.
Menurut pengamat politik dan pertahanan Salim Said, sikap Presiden
Jokowi tersebut sarat pertimbangan politis. Apalagi ide nonton bareng
(nobar) dilontarkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
"Kenapa Presiden Jokowi tidak melawan gagasan pemutaran film itu?
Padahal kalau kita lihat latar belakangnya beliau diangkat, dicalonkan
oleh PDIP. Dan orang PDIP banyak yang tidak setuju film itu diputar,"
kata Salim dalam talkshow Perspektif Indonesia, Sabtu (23/9/2017).
Salim berpendapat, TNI memiliki peranan politik sejak proklamasi kemerdekaan dan terbentuknya tentara Indonesia. "Makanya saya bilang sejarah politik tentara Indonesia, Tentara
Indonesia itu partai. Ketua partai pertama adalah Sudirman. Ketua partai
kedua bernama Nasution. Ketua partai ketiga bernama Yani. Dan yang
terakhir adalah Soeharto," kata Salim.
Meskipun dwifungsi ABRI sudah dihapuskan dan tentara Indonesia tidak
lagi memiliki peranan politik legal, namun mereka masih memiliki peranan
politik riil. Pernyataan dari TNi juga masih memberikan pengaruh
politis.
"Dan Jokowi pintar. Dia tahu itu. Makanya Jokowi tidak melawan
Nurmantyo. Karena realitasnya, tentara itu secara potensial adalah
kekuatan politik," tutur Salim. Salim memandang, gagasan pemutaran kembali film karya Arifin C Noer
itu tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, secara historis tentara
adalah musuhnya PKI.
"Mereka berperang melawan PKI di Madiun dan pada 65 seluruh jenderal
mereka dibunuh dalam satu malam. Dalam sejarah dunia, tidak pernah ada
tentara yang seluruh jenderalnya dalam satu malam dilikuidasi," jelas
Salim. Kedua, kata Salim, dalam konteks politik sekarang ini muncul cerita
mengenai kebangkitan PKI. Bersamaan dengan itu, ada upaya pelurusan
sejarah termasuk oleh PKI, keturunan, dan simpatisannya.
Maka wajar saja, lanjutnya, sebagai Panglima TNI Nurmantyo harus bisa menjaga anak buahnya dari kekacauan yang mungkin terjadi. "Nah, alat yang tersedia buat saya apa? Ya, film itu. Oleh sebab itu,
Jenderal Nurmantyo bilang setuju ada versi baru film itu. Yang penting
ada alat buat panglima menjaga pasukannya, jangan kena pengaruh PKI yang
mencoba membersihkan nama dari Gestapu," pungkasnya.
Abdul Kadir
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2017/09/23/15012171/ini-alasan-mengapa-jokowi-tak-menolak-ide-pemutaran-film-g30spki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar