Jakarta.MEDIA INDEPENDEN NASIONAL ONLINE
Sejak era reformasi, jabatan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dinilai dipilih dengan pertimbangan politis oleh presiden.
Posisinya yang selevel menteri di kabinet maupun duta besar
perwakilan Indonesia di luar negeri, menjadikan orang-orang terdekat
atau yang dianggap dekat dengan presiden, mendapatkan jabatan tersebut.
Hal itu disampaikan mantan Kepala BIN AM Hendropriyono saat dijumpai awak media usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (8/9/2016) sore. Hendro mengaku mengalami hal tersebut.
"Saya lihat di era reformasi ini kepala BIN ini merupakan suatu political appointee (ditunjuk secara politis)," kata dia.
Pertimbangan politis, menurut Hendro, tak hanya terjadi di Indonesia.
Di sejumlah negara besar yang memiliki intelijen kuat, keberadaan orang
dekat presiden juga mengisi jabatan strategis di dalamnya.
"Tapi kebetulan yang namanya Budi Gunawan juga orang yang cerdas, dari buah intelektual," ujarnya.
(Baca juga: Kemesraan Budi Gunawan dan DPR...)
Lantaran penunjukkannya yang bersifat politis, Hendro mengaku, untuk
urusan internal bidang pembenahan dan teknis intelijen, lebih menjadi
tanggung jawab seorang wakil kepala BIN.
Saat Hendro menjabat, posisi itu dijabat oleh As’ad Said Ali. As’ad
yang merupakan anggota organik, memulai karirnya di dunia intelijen
sejak 1974 saat BIN masih bernama Badan Koordinasi Intelijen Negara
(BAKIN).
Ketika Presiden Joko Widodo
hendak mengganti Marciano Norman yang saat itu menjabat Kepala BIN,
nama As’ad sempat diajukan Hendro ke Jokowi. Namun, Jokowi lebih memilih
Sutiyoso.
Dihubungi terpisah, As’ad tak menampik, jika namanya pernah diajukan sebagai kandidat calon kepala BIN.
"Wah, enggak tahu juga ya, kalau mungkin benar ya, itu dulu ya. Itu dulu," kata As’ad.
Ia mengakui, jika unsur politis di dalam penunjukan kepala BIN sangat
kental. Layaknya seorang menteri, menurut dia, kepala BIN merupakan "President’s men".
"Pak Budi ini kan kembali masalah politis ya," ujarnya.
(Baca juga: "Jangan Sampai Penunjukan Budi Gunawan Dijadikan Alat Politik")
Meski begitu, As'ad mengakui kemampuan dan kompetensi Budi Gunawan. Sebagai seorang polisi yang kini menjabat wakil kepala Polri, As’ad yakin Budi memiliki kemampuan manajerial yang baik.
Kemampuan itu tentu dibutuhkan, terlebih intelijen merupakan dunia baru bagi Budi Gunawan.
Di internal BIN sendiri, institusi yang dikenal sebagai institusi sipil itu, tidak sepenuhnya dikuasai sipil. Tidak sedikit TNI dan Polri yang menduduki jabatan strategis di internal BIN.
"Jadi bagaimana membikin keseimbangan yang bisa memberikan harapan
masa depan masing-masing. Selama keseimbangan itu tidak tercapai, susah
mereka bekerja," ucapnya.
"Saya kenal beliau (Budi Gunawan), pintar orang itu. Pintar dan termasuk kiri-kanannya bagus komunikasi. Ya nanti lihat di lapangan saja," ucapnya.
Abdul Kadir
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2016/09/09/08182541/faktor.politis.dalam.penunjukan.kepala.bin.dan.terpilihnya.budi.gunawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar